Sunday 3 May 2015

MINI SKRIPSI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Sejak dirintis tahun 1998 lalu, Alfamart mengalami pertumbuhan yang begitu pesat di seluruh pelosok indonesia. Saat ini gerai Alfamart yang berdiri di Indonesia sudah mencapai 2.779 gerai hendak mengimbangi pesaing utamanya yaitu Indomaret yang sudah mendirikan 3.3134 gerai (kumpulberita.com: 01 Maret 2014). Di Jawa Timur sendiri member alfamart sudah mencapai lebih dari 5000 member dengan tingkat keaktifan 70%. 
Sebenarnya selain Alfamart dan Indomart masih banyak pemain minimarket lainnya seperti Circle K, Startmart, Yomart, AMPM dan pemain lokal lainnya (industri.bisnis.com:16 februari 2015). Kenyataannya, memang yang saat ini sedang menjadi trend dan kiblat bagi pemasaran ritel yang ada di indonesia pada khususnya adalah alfamart dan indomaret. Dua nama minimarket ini begitu populer karena gedungnya yang begitu menjamur di sepanjang jalan, di perkotaan hingga ke pedesaan. Bahkan keduanya dapat ditemui di tengah persinggahan jalan tol, seperti Alfa Express dan Indo Express.
Toko-toko ritel, umumnya yang memiliki area toko yang cukup besar, kini mulai menjadikan alfamart dan indomaret sebagai trendsetter dalam perbaikan sistem pemasaran dan penjualanya. Tak jarang, saat ini terlihat sudah banyak toko ritel yang mulai meninggalkan abakus dan kalkulatornya dan beralih menggunakan sistem kodefikasi barcode dengan mesin kasir modern. Selain itu merekapun sudah melakukan penataan produk (merchandising) dengan lebih transparan sehingga konsumen dapat memilih dan mengambil belanjaan ke rak-rak sesuai dengan apa yang mereka cari, tanpa harus menunggu pramuniaga yang terkadang sibuk melayani pembeli lain.
Sebagai bentuk coorporate social responsibility, Alfamart juga telah mendirikan program outlet binaan. Sekarang di Jawa Timur sudah ada 20 an outlet binaan dan akan terus bertambah 5-10 outlet binaan sesuai dengan rencana strategis managemen PT Sumber Alfaria Tbk. Saat ini program ini membawahi wilayah Surabaya, Sidoarjo, Geesik, Lamongan, Tuban, Bojonegoro dan Madura, dengan 1 alfamart dapat membawahi 30 outlet binaan. Melalui pembinaan ini toko kelontong disulap menjadi seperti minimarket. Outlet atau toko tersebut akan diubah mulai dari sisi tampilan atau display barang hingga desain toko. Selain itu, toko tersebut juga diajarkan pengaturan stok barang, manajemen keuangan atau cash flow serta mengamati trend pasar terkait produk yang sedang diminati. (industri.bisnis.com:16 februari 2015)
            Disini dapat dilihat bagaimana aAfamart dapat melakukan praktik manajemen ritelnya dengan baik. Dalam memasarkan dan menjual produknya tentunya tidak lepas dari penerapan bauran pemasaran ritel (retail mix) yang dilakukan secara maksimal. Ada beberapa alasan yang menyebabkan konsumen lebih suka berbelanja di alfamart maupun indomart berdasarkan hasil survei forum konsumen melalui kaskus.co.id, diantaranya:
1.      Promo harga yang menarik dan rutin dinformasikan setiap bulannya
2.      Tempat yang bersih
3.      Suasana yang nyaman
4.      Ada struk/ nota pembayaran sebagai bukti
5.      Waktu yang fleksibel, kebanyakan buka selam 24 jan nonstop
6.      Terdapat price tag, sehingga dapat memperkirakan anggaran yang harus dikeluarkan
7.      Pelayanan yang ramah dari pramuniaga.
Dari hasil survey di atas dapat diamati bahwa ada 2 hal menonjol yang paling mempengaruhi minat dan keputusan berbelanja konsumen di alfamaret. Ketiga hal itu, diantaranya: bauran komunikasi dan atmosfer yang dirasakan oleh konsumen.  Bauran komunikasi meliputi kegiatan promosi, penyampaian informasi, proses umpan balik (feed back), dan service quality. Sedangkan atmosfer meliputi suasana dan kondisi fisik gerai pemasaran. Maka untuk membuktikan jika kedua hal tersebut berpengaruh pada keputusan berbelanja konsumen, perlu diadakan sebuah penelitian lebih lanjut mengenai masalah ini.

1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah faktor bauran komunikasi dan atmosfer berpengaruh secara parsial terhadap keputusan berbelanja konsumen pada minimarket alfamart di wilayah Gresik?
2.      Apakah faktor bauran komunikasi dan atmosfer berpengaruh secara simultan terhadap keputusan berbelanja konsumen pada minimarket alfamart di wilayah Gresik?

1.3.Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah diuaraikan diatas maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian skripsi ini yaitu:
1.      Untuk membuktikan bahwa faktor bauran komunikasi dan atmosfer berpengaruh secara parsial terhadap keputusan berbelanja konsumen pada minimarket alfamart di wilayah Gresik
2.      Untuk membuktikan bahwa faktor bauran komunikasi dan atmosfer berpengaruh secara simultan terhadap keputusan berbelanja konsumen pada minimarket alfamart di wilayah Gresik

1.4.Manfaat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diperoleh, yaitu:
1.      Pihak alfamart
Memberikan informasi dan masukan terhadap pihak Alfamart agar dapat melakukan evaluasi demi meningkatkan pelayanan dan kinerja tim pemasaran dalam meningkatkan minat beli masyarakat terhadap minimarketnya
2.      Pihak peneliti
Memberikan kesempatan dalam mengaplikasikan pengetahuannya yang di peroleh semasa kuliah
3.      Pihak konsumen (masyarakat wilayah Gresik pada umumnya)
Memberikan rujukan sehingga dapat membantu masyarakat untuk dapat membuat keputusan pembelian yang tepat.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai ritel ini pernah dilakukan oleh Octavius Handoyo Santoso, mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel Retail Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Supermarket Sinar Bintaro Surabaya “ tahun 2004.
Penelitian ini juga telah dilakukan oleh Muhammad Amin Naluri , mahasiswa Universita Muhammadiyah Gresik tahun 2009, dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Retail Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Minimarket Alfamart Usman Sadar Gresik” tahun 2009.
Berikut adalah rincian tinjauan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang.
Tabel 2.1.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
Tinjauan
Penelitian Octavius Handoyo S
Penelitian M. Amin Naluri
Penelitian sekarang
1
Tahun penelitian
2004
2009
2015
2
Tempat Penelitian
Surabaya
Gresik
Gresik
3
Obyek penelitian
Supermarket Sinar Bintaro Surabaya
Minimarket Alfamart Usman Sadar
Minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya
4
Variabel penelitian
Lokasi, kategori barang dagangan, harga dan desain penataan toko
Lokasi, harga , kategori barang dagangan, bauran komunikasi, layout toko dan pelayanan konsumen
Komunikasi pemasaran dan atmosfer
5
Sampel penelitian
100 dari jumlah konsumen usia dewasa Supermarket Sinar Bintaro Surabaya
100 dari jumlah konsumen usia dewasa Minimarket Alfamart Usman Sadar
100 dari jumlah konsumen usia dewasa di wilayah GKB dan sekitarnya
6
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui pengaruh bauran ritel terhadap keputusan pembelian di Supermarket Sinar Bintaro Surabaya
Untuk mengetahui pengaruh bauran ritel terhadap keputusan pembelian di
Minimarket Alfamart Usman Sadar
Untuk membuktikan bahwa komunikasi pemasaran dan atmosfer berpengaruh terhada keputusan berbelanja di minimarket alfamart.

2.2.Pengertian Ritel
Kata ritel berasal dari bahasa perancis ritellier, yang berarti memotong atau memecahan sesuatu. Usaha ritel atau eceran dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang melibatkan penjualann barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk peggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis.(Utami 2006:4).
Menurut levy dkk, dalam octavius (2004:9) retailing adalah “the set of bussines activities that adds value to the product and service sold to consumers for their personal or family use” maksudnya adalah retailing merupakan sekumpulan aktifitas usaha yang menambahkan nilai dalam menjual produk dan jasa kepada konsumen yang di gunakan secara pribadi maupun keluarga.
Dapat di interpretasikan, ritel merupakan jaringan bisnis pemasaran yang mendistribusikan barang dan jasa langsung ke tangan konsumen akhir.



2.2.1.      Jenis Dan Pengelompokan Bisnis Ritel
Menurut utami (2006:12) bisnis ritel dikelompokkan dalam dua kelompok yakni:
a.       Supermarket Tradisional dan Konvensional
Supermarket tradisional melayani penjualan kebutuhan pangan, serta melakukan pembatasan penjualan terhadap produk-produk nonpangan seperti produk kesehatan, kecantikan, produk elektronik dan sebagainya. Supermarket konvensional lebih luas dan biasanya menyediakan layanan antar, menjual bahan makanan mentah dan produk non makanan atau disebut superstore.
b.      Big Box Retailler
Pada format big box retailler, terdapat bebrapa jenis kelompok retailler yaitu:
a)      supercenter, biasanya memiliki luas lantai 3.000-10.000 m2 dengan variasi produk dijual untuk makanan 30-40% dan non makanan sebanyak 60-70%. Jumah persediaan berkisar 12.000-20.000 item.
b)      Hypermartket memiliki luas lebih dari 18.000 m2 dengan kombinasi produk untuk makanan 60-70% dan non pangan 30-40%. Persediaan meliputi 25.000 item.
c)      Warehouse merupakan ritel yang menjual produk makanan yang jenisnya terbatas dan layanan yang minim pada tingkat harga rendah terhadap konsumen akhir dan bisnis kecil.
Sementara berdasrkan luas area, ritel dikelompokkan menjadi:
a)               Small stock /kios---- kurang dari 100 m2
b)              Minimarket---- 100 s/d 1.000 m2
c)               Supermarket--1.000 s/d 5.000 m2
d)              Hypermarket– lebih dari 5.000 m2

2.3.Keputusan Belanja
Yaitu suatu keadaan dimana konsumen memutuskan untuk membelanjakan uangnya demi memenuhi apa yang di butuhkan dan diinginkannya (Utami, 2006:36). Dalam membuat keputusan konsumen akan mencari segala informasi tentang proses belanja dan informasi-informasi terkait lainnya yang dapat membuat mereka yakin dalam memutuskan hasil pemikirannya untuk sebuah keputusan berbelanja (Utami, 2006:36). Pembeli membutuhkan informasi tentang fitur, harga dan bagaimana mereka dapat mencapai akses untuk mendapatkan barang tersebut (Tsikirayi, 2011)
Keputusan belanja bisa bersifat spontan (impulse buying) dan bersifat kebiasaan (habitual decision making) bersifat spontan apabila keputusan pembelian dilakukan seketika setelah melihat barang dagangan. Bersifat kebiasaan adalah ketika keputusan melibatkan sedikit sekali usaha dan waktu. Contoh pengambilan keputusan berdasarkan kesetiaan pada merk atau toko.
Gambar 2.2. Gambar proses belanja sumber levy & weitz, 2002

Tahap pengenalan kebutuhan

Pencarian infor- masi

Penentuan pilihan

kesetiaan

pengenalan kebutuhan

Mencari informasi tentang ritel

pengenalan kebutuhan

Mencari informasi tentang barang dagangan


Evaluasi ritel

Memilih ritel

Mengunjungi toko atau situs serta katalog

Evaluasi barang dagangan

Menyeleksi barang dagangan

Belanja barang dagangan

Evaluasi setelah belanja

Membeli kembali di tempat yang sama

transaksi

evaluasi

Pemilihan ritel

Pemilihan barang dagangan
 



















2.4.Pengertian Komunikasi
Komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti menjadikan sama (make to common). Komunikasi adaah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya (Hermawan: 2012;4). Prinsip dasar dari komunikasi adalah mempersama persepsi antara penyampai informasi dengan penerima komunikasi. Apabila persepsi diantara keduanya dapat disamakan maka komunikasi tersebut dapat dinyatakan sebagai komunikasi yang efektif. Secara ringkas berlangsungnya komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4.1.  Model Universal Komunikasi

Komunikator

pengiriman



Media

penerimaan

komunikan

Pesan
 





Gangguan

Respon

Umpan balik
 





Sumber: takada, H. Chattalas, C., Kramer, T.,2009. International marketing communication, ed 10. New York: The McGraw-Hill Companies

2.4.1.      Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi merupakan hal-hal yang harus  ada agar komunikasi dapat berjaan dengan lancar. Menurut Laswell (dalam wiryanto:2004), komponen-komponen tersebut diantaranya:
1.        Lingkungan komunikasi
Ada tiga dimensi dalam lingkungan komunikasi diantaranya fisik, sosial psikologis dan waktu. Ketiga dimensi ini saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain.
2.      Komunikator dan komunikan
Komunikator adalah sumber pengirim pesan, sementara komunikan adalah pihak penerima pesan. Dalam prakteknya, keduanya selalu bertukar peran. Ini berarti baik komunikator maupun komunikan nantinya akan sama-sama menjadi pembicara sekaligus pendengar
3.      Pesan dan media
Pesan merupakan informasi yang hendak disampaikan. Sedangkan media merupakan saluran dimana pesan tersebut dapat disampaikan
4.      Respon dan umpan balik
Respon merupakan rangsangan atau stimulus yang timbul sebagai akibat dari perilaku komunikan setelah menerima pesan. Sedangkan umpan balik merupakan informasi yang dikirimkan balik ke komunikator sebagai akibat dari adanya respon
5.      Gangguan
Gangguan dalam komunikasi adalah hal yang mendistorsi pesan. Setiap komunikasi tidak dapat dihindarkan dari adanya gangguan, namun dapat mengurangi keberadaannya melalui penggunaan komunikasi efektif yang akurat.

2.4.2.      Tujuan Komunikasi
Adapun tujuan komunikasi diantaranya
1.      Menemukan
Dengan berkomunikasi seseorang akan menemukan dirinya (personal discovery), apa yang mereka butuhkan, dan apa yang orang lain butuhkan.
2.      Untuk berhubungan
Adanya komunikasi juga bertujuan untuk membina dan memelihara sebuah hubungan antara satu pihak dengan pihak dengan pihak lainnya.
3.      Untuk meyakinkan
Komunikasi juga bertujuan untuk meyakinkan orang lain agar dapat memberikan sikap, mengubah perilaku dan menciptakn sebuah dorongan melalui respon yang diberikan. Contoh sederhananya adalah dalam kegiatan promosi, dimana pihak pemasar bertujuan meyakinkan konsumen agar mau membeli produknya.

2.5. Komunikasi Berbasis IMC (integrated marketing communication)
Komunikasi berbasis IMC merupakan kegiatan komunikasi yang digunakan sebagai alat untuk memasarkan sebuah barang dan jasa. Dalam hal ini komunikasi masuk ke dalam bagian bauran promosi yang selanjutnya disebut sebagai komunikasi pemasaran. Secara singkat komunikasi berbasis IMC merupakan upaya menyatukan perencanaan, tindakan dan koordinasi pada semua wilayah komunikasi pemasaran dalam menciptakan loyalitas pelanggan. Komunikasi pemasaran yang terintegrasi dengan baik akan berdampak positif pada persepsi konsumen, sehingga akan menciptakan kepercayaan terhadap merk dan ekuitas merek (brand equity). Pemasaran ekonomi membangun kesatuan merek yaitu citra merek hingga ekuitas merek (biedenbach dan marell, 2009).


Gambar 2.5.1. Model Komunikasi Pemasaran Terintegrasi


Hubungan merek

periklanan

Promosi penjualan

Pemasaran langsung

Penjualan personal

Acara dan pengalaman

Hubungan masyarakat dan publisitas

Respon merk

Citra merk

Kesadaran merk

Ekuitas merk

Program komunikasi pemasaran
 














Sumber: takada, H. Chattalas, C., Kramer, T.,2009. International marketing communication, ed 10. New York: The McGraw-Hill Companies.





2.6.Sarana Komunikasi Ritel
Menurut utami (2006:214) Retailer berkomunikasi dengan pelanggan melalui beberapa sarana, diantaranya:
1.      Iklan
Iklan merupakan urutan pertama dan berperan besar diantara semua alat dalam bauran promosi, khususnya bagi peritel besar, periklanan biasanya diimplementasikan oleh ritel dengan beberapa tujuan:
a.       Memberikan informasi, yaitu memberitahukan adanya produk baru, program promosi penjualan, maupun layanan baru, bahkana untuk memperbaiki kesalahpahaman atau untuk membangun citra perusahaan.
b.      Membujuk, yaitu untuk membangun rasa suka pelanggan terhadap ritel, membujuk untuk mengunjungi gerai , maupun membujuk untuk membeli dan mengonsumsi produk baru. Dalam hal ini, berarti iklan berguna dalam meningkatkan lalu lintas pelanggan yang berkunjung ke ritel serta meningkatkan penjualan jangka panjang.
c.       Mengingatkan yaitu menggugah kesadaran atau ingatan pelanggan tentang sesuatu yang positif dari ritel. Seperti: barang-barang yang dijual merupakan barang-barang berkualitas, bervariasi, dan lengkap sehingga pelanggan dapat mengunjungi gerai ritel secara konsisten
2.      Promosi penjualan
Promosi penjualan adalah program promosi ritel dalam rangka mendorong terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan penjualan. Secara umum promosi penjualan dilakukan untuk beberapa tujuan diantaranya:
1.      Mempertahankan minat pelanggan untuk tetap setia pada ritel tersebut
2.      Mengenalkan produk baru
3.      Memancing konsumen potensial yang belum pernah belanja pada ritel tersebut
4.      Memanfaatkan moment atau event-event tertentu
5.      Merangsang agar konsumen beralih merk
Ada banyak jenis promosi penjualan, beberap diantaranya:
a.       Titik penjualan (point of purchase)
Dilakukan dengan memajang produk di counter, lantai dan jendela yang memungkinkan ritel untuk mengingatkan para pelanggan dan sekaligus merangsang pola perilaku belanja impulsif.
b.      Kontes
Dilakukan dengan menyelenggarakan suatu acara yang bersifat kompetisi untuk memperebutkan hadiah yang disiapakan. Penyelenggaraan kontes ini dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak pemasok atau produsen.
c.       Kupon
Tanda yang ditujukan pada pelanggan untuk mendapatkan diskon khusus saat berbelanja. Peritel dapat mengiklankan suatu potongan harga khusus bagi pembeli yang memanfaatkan kupon tersebut. Sedangkan pembeli akan mendapatkan potongan khusus saat belanja dengan  menunjukkan kupon tersebut.
d.      Sampel produk
Dilakukan dengan memberikan contoh produk dengan Cuma-Cuma yang tujuannya adalah memberikan gambaran baik dalam manfaat maupun tampilan produk yang dipromosikan. Jika berupa makanan, sampel diberikan pada pelanggan dalam gerai atau di tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian.
e.       Demonstrasi
Dilakukan dengan menunjukkan peragaan cara menggunakan alat yang dipromosikan  di depan konsumen.
f.       Program pelanggan setia (frequent shopper program)
Para pelanggam diberi poin atau diskon berdasarkan banyaknya jumlah belanja yang dilakukan. Poin tersebut dikumpulkan sehingga mencapai jumlah tertentu yang kemudian dapat ditukarkan dengan barang
g.      Hadiah langsung
Contoh yang paling sering kita temui adalah bonus item untuk pembelian produk-produk tertentu. Misal: beli dua gratis satu,
h.      Hadiah rujukan (referal gift)
Hadiah yang diberikan kepada pelanggan apabila mereka membawa calon pelanggan baru.
i.        Souvenir
Barang-barang souvenir dapat menjadi alat promosi penjualan yang menunjukan nama dan logo peritel. Barang-barang tersebut dapat berbentuk tas, bulpoin, boneka, cangkir, gelas atau kalender.
j.        Acara-acara khusus (special event)
3.      Publisitas
Program publisitas adalah komunikasi yang membangun citra positif bagi peritel di mata publik. Unsur publisitas antara lain konferensi pers, hubungan media, rilis pers, bazar dan kegiatan lain yang bersifat publik.
4.      Suasana toko
Suasana toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik, serta aroma yang diberikan di dalam ruangan. Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan, ritel berupaya untuk mengkomunikasikan informasi yang terkait dengan layanan, harga, maupun ketersediaan barang dagangan yang bersifat fashionable.
5.      Situs web
Ritel menggunakan situs web untuk membangun citra merk dan menginformasikan berbagai hal pada pelanggan seperti lokasi toko, peristiwa khusus yang dijalankan oleh ritel dan ketersediaan produk
6.      Penjualan perorangan
Upaya penjualan yang dilakukan para karyawan di gerai ritel kepada calon pembeli. Hubungan karyawan yang berhadapan langsung dengan pembeli disebut hubungan personal pelanggan. Peran pramuniaga sendiri adalah melakukan aktivitas penjualan untuk produk yang membutuhkan dorongan agar penjualannya meningkat dalam suatu periode tertentu yang telah ditetapkan.



2.7.Metode Berkomunikasi Dengan Pelanggan
Menurut Utami (2006:216) metode berkomunikasi dengan pelanggan yang dapat dilakukan ritel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Komunikasi nonpersonal yang dibayar
Komunikasi jenis ini biasanya berupa iklan, promosi penjualan, situs web dan kontes
2.      Komunikasi personal yang dibayar
Sarana utama komunikasi jenis ini adalah tenaga penjualan. Dimana para tenaga penjualan ini bertugas untuk membantu pelanggan memenuhi kebutuhan mereka melalui pertukaran informasi secara tatap muka.
3.      Komunikasi nonpersonal tanpa bayar
Media yang paling utama adalah publikasi atau publisitas melalui presentasi signifikan tanpa bayar tentang ritel biasanya dalam bentuk berita dalam media yang non personal.
4.      Komunikasi personal tanpa bayar
Komunikasi jenis ini biasanya terjadi melalui mekanisme dari mulut ke mulut (word of mouth) atau komunikasi antar konsumen mengenai ritel terkait


2.8.Merencanakan Proses Komunikasi Ritel
Merencanakan proses komunikasi dalam bisnis ritel merupakan hal yang sangat penting. Strategi komunikasi yang efektif akan membutuhkan perencanaan yang komprehensif.
Gambar 2.7.1. Langkah – Langkah Pengembangan Program Komunikasi Ritel

Menetapkan tujuan:
·         Positioning
·         Tujuan penjualan
·         Tujuan komunikasi

Mengalokasikan anggaran

Implementasi dan evaluasi program komunikasi

Menetapkan anggaran:
·         Analisis marginal
·         Tujuan dan tugas
·         Metode biaya historis
 

















2.9.Memilih Media Komunikasi Yang Tepat
Banyak media yang ditawarkan dan dapat dipilih oleh ritel dalam menjalankan aktivitas komunikasinya dengan pelanggan. Pilihan terhadap media tersebut sangat relatif sifatnya mengingat banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh ritel, diantaranya:
a.                   Pasar dan sasaran yang dituju
b.                  Baiaya yang dianggarkan
c.                   Jangkauan yang diharapkan
d.                  Ketepatan frekuensi dan waktu
e.                   Cakupan atau jumlah calon pelanggan dalam psar sasaran ritel
f.                   Dampak iklan terhadap khalayak
Beberapa media yang dapat dipilih meliputi:
1.      Surat kabar
     Surat kabar merupakan media komunikasi yang efektif pada target iklan ritel. Surat kabar juga menawarkan respon cepat dan secara efektif menyampaikan informasi secara mendetail. Kelemahannya, biasanya usia iklan surat kabar reltif pendek.
2.      Surat langsung
Ritel sering menggunakan data yang dihimpun pada terminal point of sale untuk menargetkan iklan dan promosi penjualan ke pelanggan tertentu dengan memakai surat langsung (direct mail). Ritel dapat membeli banyak ragam daftar untuk menargetkan pelanggan sesuai dengan segmen demografi, minat, dan gaya hidup tertentu.
3.      Televisi
Iklan yang ditayangkan melalui televisi dapat ditayangkan pada jaringan nasional ataupun stasiun lokal. Mengingat iklan melalui media televisi sangat mahal, biasanya ritel akan memilih kejadian-kejadian khusus misalnya menjelang hari raya seperti idul fitri, natal dan event-event tertentu.
4.      Radio
Dengan iklan melalui radio, pesan ditargetkan pada suatu segmen pasar tertentu baya pengembangan dan penyiarannya rendah. Namun pendengar radio biasanya memperlakukan siaran radio dengan sambil lalu sehingga efektivitas iklan melalui radio seringkali harus dievaluasi kembali.
5.      Internet
Internet kurang efektif dalam membangun kesadaran pelanggan namun bagus untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan. Ritel dapat memanfaatkan berbagai situs dan media sosial yang berkembang dengan  internet.
6.      Billboard luar ruangan
Billboard luar ruangan efektif untuk membangun kesadaran dan memberi sedikit informasi kepada khalayak yang sempit. Kegunaannya sangat terbatas dalam memberi informasi
7.      Panduan belanja
Panduan belanja berupa kertas gratis atau lepas yang dikirimkan ke semua penduduk dalam area tertentu. Ini berguna saat ritel ingin melakukan penetrasi pasar dalam suatu kisaran area perdagangan tertentu. Perluasan dari konsep ini adalah majalah atau buku kupon.

2.10.        Menciptakan Komunikasi Pemasaran Yang Efektif
Menurut Hermawan (2012:63), langkah-langkah dalam mendesain komunikasi pemasaran yang efektif adalah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi khalayak yang dituju
2.      Menentukan tujuan komunikasi tersebut
3.      Merancang pesan
4.      Memilih saluran komunikasi
5.      Menentukan total anggaran promosi
6.      Membuat keputusan atas bauran promosi (promotion mix)
7.      Mengukur hasil promosi
8.      Mengelolah dan mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi

2.11.        Atmosfer
Menciptakan atmosfer yang nyaman bagi pengunjung dalam ritel sangat penting. Dengan adanya desain toko yang nyaman pelanggan akan merasa betah berada disana. Selain itu dengan penerapan desain toko yang tepat akan meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap toko. Pelanggan akan datang kembali secara kontinyu dan memberikan rujukan kepada orang lain untuk datang melalui (word of mouth)

2.11.1.  Pengertian atmosfer
Levy and weitz (2001) mengemukakan “ atmospheric refers to the design of an environment via visual communications, lighting, colours, music and scent to stimulate costumers perceptual and emotional responses and ultimately to affect their purchase behavior” yang berarti atmosfer adalah desain lingkungan tempat penjualan melalui komunikasi penglihatan, pencahayaan, warna, musik dan wangi-wangian  untuk memberikan dorongan kepada perspektif dan respon emosional konsumen dalam membeli barang.
Menurut Berman and Evans (2001) atmosphere refers to the store’s physical characteristic that are used to develop an image and draw customers. Maksudnya atmosfer menggunakan tampilan fisik dari sebuah toko untuk membangun gambaran dan citra positif dimata konsumen.
Intinya, atmosfer menyuguhkan penampilan fisik yang dimiliki toko tersebut untuk mempengaruhi konsumen dalam memberikan keputusan belanja di toko tersebut serta membangun citra yang baik dalam menciptakan loyalitas pelanggan sehingga secara konsisten datang ke gerai ritel tersebut.

2.11.2.  Penciptaan Atmosfer
Menurut utami (2006:239) ada beberapa aspek yang dapat digunakan dalam menciptakan atmosfer yang nyaman dalam sebuah gerai ritel, diantaranya:
1.     Komunikasi visual
Komunikasi visual terdiri atas grafik, papan tanda, efek panggung, baik di toko dan di jendela toko membantu meningkatkan penjualan dengan memberikan informasii tentang produk dan menyarankan pembelian barang.  Ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mendesaian komunikasi visual, antara lain:
a.       Gabungkan papan tanda dan grafik dengan kesan toko
Papan tanda dan grafik harus bertindak sebagai jembatan antara barang dan pasar sasaran. Warna dan nadanya harus senada. Warna yang tidak menyenagkan dapat merusak tampilan visual etalase dan mengurangi daya tarik barang
b.      Berikan informasi bagi pelanggan
Papan tanda dan grafik yang bersifat informatif membuat barang lebih diinginkan contohnya sebuah gerai sepatu menggunakan papan berdiri untuk menjelaskan angkah-langkah dalam pengepasan. Proses dimulai dari memindai kaki, memastikan dan mengepaskan kaki pelanggan. Setelah menganalisis tingkat kegiatan staf penjualan akan membantu mereka memilih sepatu yang tepat dan menentukan cara terbaik agar sepatu pas di kaki.
c.       Gunakan papan tanda dan grafik sebagai penyaji
Ini adalah cara terbaik untuk menggabungkan tema dan barang untuk penyajian keseluruhan yang menarik
d.      Pertahankan papan agar papan tanda dan garafik tetap cerah
Tulisan yang kabur dan papan yang kotor akan menurunkan nilai jual barang dan kesan toko di mata konsumen
e.       Batasi pengunaan salinan papan tanda
Penggunaan lambang yang tepat sangatlah penting untuk keberhasilan papan tanda. Lambang yang berbeda memberi pesan dan suasana hati yang berbeda
f.       Ciptakan efek teater dan panggung
Bagian dari teater adalah efek khusus yang menggabungkan unsur-unsur lain. Untuk emningkatkan ketertarikan toko dan kesan toko, ritel mengambil ide dari teater contohnya menggunakan kain berwarna, poster atau foto grafis yang memiliki corak berani
2.     Pencahayaan
Pencahayaan toko bukan merupakan hal yang sederhana. Pencahayaan digunakan untuk memberikan sorotan (highlight) pada barang dagangan. Pencahayaan toko yang baik akan mempengaruhi keinginan pelanggan untuk berbelanja.
Sistem pencahayaan yang bagus membantu menciptakan ketertarikan pada toko. Pada saat yang sama, pencahayaan harus memberikan pembawaan warna yang tepat bagi barang. Pusatkan perhtian dengan memberikan cahaya khusus pada bagian atau barang tertentu. Penggunaan pencahayaan ini bisa menarik perhatian pelanggan.
Biasanya department store atau minimarket di indonesia menggunakan lampu pijar untuk memberikan kesan hangat dan menyenangkan. Sumber cahaya menarik perhatian terhadap barang dan etalase. Dengan pencahayaan yang biasa digunakan pada toko-toko di Eropa cenderung lebih tenang dan dingin daripada di Amerika yang menciptakan suasana dan kesan yang sangat berbeda dari pada pencahayaan lampu pijar yang lebih lembut.
Pencahayaan bisa menyembunyikan kesalahan dan desain toko yang kurang bagus. Misalnya, pada toko yang menggunakan atap beton, ataap sengaja dibuat gelap untuk menyembunyikan atap beton
3.     Warna
Penggunaan warna yang kreatif bisa meningkatkan kesan ritel dan membantu menciptakan suasana hati.  Penelitian menunjukkan bahwa warna-warna hangat (merah dan kuning) menghasilkan efek psikologis yang berlawanan dengan warna-warna dingin (biru dan hijau) yang berlawanan pada spektrum warna. Warna hiaju dan biru yang terkesan lebih dingin dan tenang biasanya efektif bagi ritel yang menjual produk dengan harga mahal.
4.     Musik dan wangi-wangian.
Banyak keputusan membeli yang didasarkan pada emosi dan bau yang memiliki dampak yang besar pada emosi kensumen. Bau lebih dari indera lainnya, adalah penetu perasaan gembira, kelaparan, jijik dan nostalgia. Penelitian menunjukkan bahwa wangi-wangian memiliki dampak positif bagi pembelian dan kepuasan pelanggan.
Penelitian lain menyatakan emosi seseorang juga dapat dipengaruhi oleh adanya musik yang didengarakan. Musik dapat menjadi terapi yang dapat memberikan ketenangan bagi yang mendengarkan tergantung jenis musik yang dimainkan. Musik dan wangi-wangian akan membantu menenangkan emosi pelanggan yang harus antre di stasiun.

2.12.   Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.12.1. Kerangka Berpikir

Bauran komunikasi ritel
(X1)

Keputusan belanja
(Y)

Atmosfer ruangan
(X2)










Keterangan:

Berpengaruh secara parsial
                           


Berpengaruh secara simultan

                                                                                                     


2.13.        Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritik sebelumnya maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1.      Faktor komunikasi pemasaran mempengaruhi keputusan berbelanja konsumen secara parsial
2.      Faktor komunikasi pemasaran mempengaruhi keputusan berbelanja konsumen secara simultan










BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Rancangan Penelitian
3.1.1.      Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis  yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Untuk itu, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis analisis kuantitatif dan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan penentuan score atau nilai dengan mengubah data yang bersifat kualitatif (pemberian kuisioner pada responden) ke dalambentuk kuantitatif (Hadi, 1994). Berdasarkan prosedurnya penelitian ini merupakan penelitian asosiatif, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih.
3.1.2.      Lokasi Dan Obyek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah GKB dan sekitarnya dengan obyek penelitian adalah minimarket Alfamart yang berdiri di wilayah GKB dan sekitarnya.


3.2.Populasi Dan Sampel
3.2.1.      Populasi
Menurut Sugiyono (2008:80) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek yang mempunyai kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset kasus (santoso dan tjiptono, 2001). Target populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbeanja di minimarket alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya.
3.2.2.      Sampel
Menurut arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang sedang diteliti. Penetuan sampel dilakukan dengan metode non probanility sampling dimana semua elemen populasi tidak semuanya memiliki kesempatan sebagai sampel melainkan hanya konsumen usia dewasa diatas 17 tahun.
Menurut widayat (2004:104) ukuran sampel yang layak adalah kisaran 50-300 orang, sehingga sampel dalam penelitian ini ditentukan sebesar 100 orang.




3.3.Identifikasi Dan Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan kemudahan dalam penyusunan dan pemahaman dan mengindari kesalahan pemahaman maka peneliti mengidentifikasikan variabel sebagai berikut:
1.      Variabel bebas             : (X1) Bauran komunikasi ritel
  (X2) Atmosfer
2.      Variabel terikat           : (Y) Keputusan berebalanja
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan terhadap suatu variabel dengan memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan. Berikut adalah definisi operasional variabel  dari variabel yang digunakan:
1.    Variabel bebas
a.       X1 dari variabel bebas adalah bauran komunikasi yaitu tanggapan konsumen terhadap komunikasi yang telah diterapkan dalam minimarket alfamart yang telah mereka kunjungi. Indikatornya adalah: bauran promosi yang biasa dilakukan dan pernah dirasakan oleh konsumen, kulitas pelayanan yang dinilai konsumen dari pelayanan yang diberikan pramuniaga.
b.      X2 adalah atmosfer gerai ritel dari minimarket alfamart yang telah dikunjungi konsumen, indikatornya adalah penilaian konsumen terhadap karakteristik fisik yang di tampilkan dalam gerai.
2.    Variabel terikat (Y) adalah keputusan berbelanja
Keputusan berbelanja adalah hasil akhr dari pemikiran konsumen dalam memutuskan untuk membelanjakan uangnya untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan atau inginkan. Indikatornya dapat disimpulkan dari hasil penilaian variabel bebas X1 dan X2.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dimana responden diminta untuk memberikan penilaian berupa pembobotan sebagai berikut:
Sangat setuju /SS  = 5,
Setuju/S                 =4,
Cukup setuju/CS   =3
Kurang Setuju/KS =2
Tidak Setuju/TS    =1.

3.4.Tehnik Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala dengan penomoran objek atau kategori disusun menurut besarnya yaitu dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi atau sebaliknya dengan rentang jarak yang tidak harus sama.

3.5.Sumber Dan Tehnik Pengumpulan Data
3.5.1.      Jenis dan sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sumber data diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner secara langsung kepada para konsumen minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya yang kemudian di oleh sendiri oleh peneliti.
3.5.2.      Tekhnik pengumpulan data
Dilakukan dengan pemberian kuisioner atau angket. Kuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan di jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. (Sekaran:2006).
Kuisioner yang digunakan menggunakan pertanyaan terbuka yang meliputi nama responden tempat tinggal dan jenis kelamin responden. Pertanyaan tertutup yang meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang telah di sediakan dari setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Untuk keperluan kuantitatif maka jawaban tersebut dapat di beri skor pada setiap butirnya sebagai berikut (Azwar 1998). Pilihan jawaban
Sangat setuju /SS  = 5,
Setuju/S                 =4,
Cukup setuju/CS   =3
Kurang Setuju/KS =2
Tidak Setuju/TS    =1.

3.6.Tehnik Analisis Data
3.6.1.      Uji Validitas dan Reliabilitas
1.      Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuisioner. Kusioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisioner tersebut.
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table. Jika r hitung > r tabel dan bernilai positif maka butir pernyataan atau indikator tersebut dikatakan valid (Santoso, 2005:80)
2.      Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang bila digunakan untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Sebenarnya alat untuk mengukur kuisioner yang merupakan indikator dari variabel dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Instrumen dikatakan reliabel jika r alpha> r tabel dan nilainya positif (Santoso, 2005:280)

3.6.2.      Uji Asumsi Klasik
1.      Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas berguna untuk mengetahui antara variabel bebas itu tidak saling berkolerasi. Selain itu juga digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan mengamati besarnya nilai Variance Inflaction Factor (VIF). Variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau VIF > 5
2.      Uji Autokorelasi
Menurut Ghazali (2005:95) adalah bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen. Uji ini dapat diamati dengan melihat nilai koefisien Durbin-Watson Test (DW-test). Pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi adalah sebagai berikut:
1)      Bila nilai DW terletak antara batas (du) dan (4du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada korelasi.
2)      Bila DW lebih rendah daripada batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi > 0, berarti terdapat autokorelasi positif.
3)      Bila nilai DW > (4-dl), maka koefisien autokorelasi < 0, berarti autokorelasinya negatif.
4)      Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.      Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan yang lan tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang bersifat Homoskedastisitas (Ghozali, 2005:110)

3.6.3.      Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau esidu memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

3.6.4.      Analisis Regresi Linier Berganda
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel terkait yaitu keputusan pembelian di Minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya (Y) dengan variabel-variabel bebasnya yaitu Bauran komunikasi (X1) dan Atmosfer gerai (X2). Sehingga dirumuskan sebagai berikut:
Y= a + b1X1+b2X2+e
Keterangan:
Y   : Keputusan pembelian di Minimarket Alfamart di wilayah GKB     dan sekitarnya
a    : Konstanta
X1  : Bauran Komunikasi
X2  : Atmosfer gerai
b    : koefisien variabel bebas
e    : Variabel pengganggu

3.6.5.      Uji t
a.       Untuk mengetahui pengaruh faktor yang meliputi bauran komunikasi dan Atmosfer gerai secara parsial terhadap keputusan belanja konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya. Dirumuskan:
T hitung =
Keterangan:
bi : Koefisien Regresi
Se : Standart error
b.      H0 : b1 = b2 = 0 (tidak ada pengaruh antara bauran komunikasi dengan atmosfer gerai) secara parsial terhadap keputusan belanja di Minimarket Alfamart di wilyah GKB dan sekitarnya.
c.       H1 : b1≠ b2≠0 (ada pengaruh antara bauran komunikasi dengan atmosfer gerai) secara parsial terhadap keputusan belanja di Minimarket Alfamart di wilyah GKB dan sekitarnya.
d.      Tingkat signifikasi α=0,05. t tabel = 0,025 nilai t tabel adalah 1,980
e.       Kriteria yang digunakan dalam uji t adalah:
1)      Apabila t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya bauran komunikasi dan Atmosfer gerai tidak ada pengaruh secara parsial terhadap keputusan belanja konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya
2)      Apabila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya bauran komunikasi dan Atmosfer gerai ada pengaruh secara parsial terhadap keputusan belanja konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya.


3.6.6.      Uji F
Digunakan untuk menguji tingkat signifikansi antara variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan, maka dirumuskan:
F hitung :
Keterangan:
R2 : Koefisien determinasi
K   : Konstanta (Jumlah variabel bebas)
n    : Jumlah sampel
a.       H0 : b1 = b2 = 0 tidak ada pengaruh antara bauran komunikasi dan  atmosfer gerai secara simultan terhadap keputusan belanja di Minimarket Alfamart di wilyah GKB dan sekitarnya.
b.      H1 : b1≠b2 ada pengaruh antara bauran komunikasi dan atmosfer gerai secara simultan terhadap keputusan belanja di Minimarket Alfamart di wilyah GKB dan sekitarnya.
f.       Tingkat signifikasi α=0,05. f tabel = 2,18 untuk df = n-k-l=93
g.      Kriteria yang digunakan dalam uji t adalah:
3)      Apabila f hitung < f tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya bauran komunikasi dan Atmosfer gerai tidak ada pengaruh secara simultan terhadap keputusan belanja konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya
4)      Apabila f hitung > f tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya bauran komunikasi dan Atmosfer gerai ada pengaruh secara simultan terhadap keputusan belanja konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya.












DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. prosedur penelitian suatu pendekatan                praktek Jakarta: Rineka Cipta
Hadi,Sutrisno. 1998. Statistik2. Yogyakarta : Andi Ofcet.
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Santoso,Singgih  dan Fandi Tjiptono. 2001. buku latihan SPSS        statistik  parametrik.  Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Bussiness :A Skill                     Building Approac 3rd Edition. New York : John Wiley &Sonc,Inc
Sugiyono. 2004. metode penelitian bisnis cv. Jakarta: Alpha Beta
Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu
Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Ritel: Strategi dan       Implementasi   Ritel Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Tsikirayi, Catherine Mazwi R, Munche, Blessing and Katzidia         ,Zodiac (2011), Impact Of Integrated Makrketing Mix      Communication In Small To Medium Interprise (Smes) In             Zimbabwe Asa Marketing Tool. University of Zimbabwe


No comments:

Post a Comment