BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Sejak dirintis tahun
1998 lalu, Alfamart mengalami pertumbuhan yang begitu pesat di seluruh pelosok
indonesia. Saat ini gerai Alfamart yang berdiri di Indonesia sudah mencapai
2.779 gerai hendak mengimbangi pesaing utamanya yaitu Indomaret yang sudah
mendirikan 3.3134 gerai (kumpulberita.com: 01 Maret 2014). Di Jawa Timur
sendiri member alfamart sudah mencapai lebih dari 5000 member dengan tingkat
keaktifan 70%.
Sebenarnya selain
Alfamart dan Indomart masih banyak pemain minimarket lainnya seperti Circle K,
Startmart, Yomart, AMPM dan pemain lokal lainnya (industri.bisnis.com:16
februari 2015). Kenyataannya, memang yang saat ini sedang menjadi trend dan kiblat bagi pemasaran ritel
yang ada di indonesia pada khususnya adalah alfamart dan indomaret. Dua nama
minimarket ini begitu populer karena gedungnya yang begitu menjamur di
sepanjang jalan, di perkotaan hingga ke pedesaan. Bahkan keduanya dapat ditemui
di tengah persinggahan jalan tol, seperti Alfa
Express dan Indo Express.
Toko-toko ritel,
umumnya yang memiliki area toko yang cukup besar, kini mulai menjadikan
alfamart dan indomaret sebagai trendsetter
dalam perbaikan sistem pemasaran dan penjualanya. Tak jarang, saat ini terlihat
sudah banyak toko ritel yang mulai meninggalkan abakus dan kalkulatornya dan
beralih menggunakan sistem kodefikasi barcode
dengan mesin kasir modern. Selain itu merekapun sudah melakukan penataan produk
(merchandising) dengan lebih
transparan sehingga konsumen dapat memilih dan mengambil belanjaan ke rak-rak
sesuai dengan apa yang mereka cari, tanpa harus menunggu pramuniaga yang
terkadang sibuk melayani pembeli lain.
Sebagai bentuk coorporate social responsibility, Alfamart
juga telah mendirikan program outlet binaan. Sekarang di Jawa Timur
sudah ada 20 an outlet binaan dan akan terus bertambah 5-10 outlet binaan
sesuai dengan rencana strategis managemen PT Sumber Alfaria Tbk. Saat ini
program ini membawahi wilayah Surabaya, Sidoarjo, Geesik, Lamongan, Tuban,
Bojonegoro dan Madura, dengan 1 alfamart dapat membawahi 30 outlet binaan.
Melalui pembinaan ini toko kelontong disulap menjadi seperti minimarket. Outlet
atau toko tersebut akan diubah mulai dari sisi tampilan atau display barang
hingga desain toko. Selain itu, toko tersebut juga diajarkan pengaturan stok
barang, manajemen keuangan atau cash flow
serta mengamati trend pasar terkait
produk yang sedang diminati. (industri.bisnis.com:16 februari 2015)
Disini
dapat dilihat bagaimana aAfamart dapat melakukan praktik manajemen ritelnya
dengan baik. Dalam memasarkan dan menjual produknya tentunya tidak lepas dari
penerapan bauran pemasaran ritel (retail
mix) yang dilakukan secara maksimal. Ada beberapa alasan yang menyebabkan
konsumen lebih suka berbelanja di alfamart maupun indomart berdasarkan hasil
survei forum konsumen melalui kaskus.co.id, diantaranya:
1.
Promo harga yang menarik dan rutin
dinformasikan setiap bulannya
2.
Tempat yang bersih
3.
Suasana yang nyaman
4.
Ada struk/ nota pembayaran sebagai bukti
5.
Waktu yang fleksibel, kebanyakan buka
selam 24 jan nonstop
6.
Terdapat price tag, sehingga dapat
memperkirakan anggaran yang harus dikeluarkan
7.
Pelayanan yang ramah dari pramuniaga.
Dari hasil survey di
atas dapat diamati bahwa ada 2 hal menonjol yang paling mempengaruhi minat dan
keputusan berbelanja konsumen di alfamaret. Ketiga hal itu, diantaranya: bauran
komunikasi dan atmosfer yang dirasakan oleh konsumen. Bauran komunikasi meliputi kegiatan promosi, penyampaian
informasi, proses umpan balik (feed back),
dan service quality. Sedangkan
atmosfer meliputi suasana dan kondisi fisik gerai pemasaran. Maka untuk
membuktikan jika kedua hal tersebut berpengaruh pada keputusan berbelanja
konsumen, perlu diadakan sebuah penelitian lebih lanjut mengenai masalah ini.
1.2.Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
faktor bauran komunikasi dan atmosfer berpengaruh secara parsial terhadap
keputusan berbelanja konsumen pada minimarket alfamart di wilayah Gresik?
2. Apakah
faktor bauran komunikasi dan atmosfer berpengaruh secara simultan terhadap
keputusan berbelanja konsumen pada minimarket alfamart di wilayah Gresik?
1.3.Tujuan
Berdasarkan
masalah yang telah diuaraikan diatas maka dapat dirumuskan tujuan dari
penelitian skripsi ini yaitu:
1. Untuk
membuktikan bahwa faktor bauran komunikasi dan atmosfer berpengaruh secara
parsial terhadap keputusan berbelanja konsumen pada minimarket alfamart di
wilayah Gresik
2. Untuk
membuktikan bahwa faktor bauran komunikasi dan atmosfer berpengaruh secara
simultan terhadap keputusan berbelanja konsumen pada minimarket alfamart di
wilayah Gresik
1.4.Manfaat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat
yang dapat diperoleh, yaitu:
1.
Pihak alfamart
Memberikan
informasi dan masukan terhadap pihak Alfamart agar dapat melakukan evaluasi
demi meningkatkan pelayanan dan kinerja tim pemasaran dalam meningkatkan minat
beli masyarakat terhadap minimarketnya
2.
Pihak peneliti
Memberikan
kesempatan dalam mengaplikasikan pengetahuannya yang di peroleh semasa kuliah
3.
Pihak konsumen (masyarakat wilayah
Gresik pada umumnya)
Memberikan
rujukan sehingga dapat membantu masyarakat untuk dapat membuat keputusan
pembelian yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai ritel ini pernah dilakukan oleh
Octavius Handoyo Santoso, mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,
dengan judul “Analisis Pengaruh Variabel Retail
Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Supermarket Sinar Bintaro Surabaya “
tahun 2004.
Penelitian
ini juga telah dilakukan oleh Muhammad Amin Naluri , mahasiswa Universita Muhammadiyah
Gresik tahun 2009, dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Retail Mix Terhadap Keputusan Pembelian
Di Minimarket Alfamart Usman Sadar Gresik” tahun 2009.
Berikut adalah rincian tinjauan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian sekarang.
Tabel
2.1.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
|
Tinjauan
|
Penelitian
Octavius Handoyo S
|
Penelitian
M. Amin Naluri
|
Penelitian
sekarang
|
1
|
Tahun
penelitian
|
2004
|
2009
|
2015
|
2
|
Tempat
Penelitian
|
Surabaya
|
Gresik
|
Gresik
|
3
|
Obyek
penelitian
|
Supermarket
Sinar Bintaro Surabaya
|
Minimarket
Alfamart Usman Sadar
|
Minimarket Alfamart
di wilayah GKB dan sekitarnya
|
4
|
Variabel
penelitian
|
Lokasi, kategori
barang dagangan, harga dan desain penataan toko
|
Lokasi,
harga , kategori barang dagangan, bauran komunikasi, layout toko dan
pelayanan konsumen
|
Komunikasi pemasaran
dan atmosfer
|
5
|
Sampel
penelitian
|
100 dari jumlah
konsumen usia dewasa Supermarket Sinar Bintaro Surabaya
|
100 dari jumlah
konsumen usia dewasa Minimarket Alfamart Usman Sadar
|
100 dari jumlah
konsumen usia dewasa di wilayah GKB dan sekitarnya
|
6
|
Tujuan
penelitian
|
Untuk mengetahui
pengaruh bauran ritel terhadap keputusan pembelian di Supermarket Sinar
Bintaro Surabaya
|
Untuk mengetahui
pengaruh bauran ritel terhadap keputusan pembelian di
Minimarket
Alfamart Usman Sadar
|
Untuk membuktikan
bahwa komunikasi pemasaran dan atmosfer berpengaruh terhada keputusan
berbelanja di minimarket alfamart.
|
2.2.Pengertian
Ritel
Kata ritel
berasal dari bahasa perancis ritellier,
yang berarti memotong atau memecahan sesuatu. Usaha ritel atau eceran dapat
dipahami sebagai semua kegiatan yang melibatkan penjualann barang atau jasa
secara langsung kepada konsumen akhir untuk peggunaan pribadi dan bukan
penggunaan bisnis.(Utami 2006:4).
Menurut levy
dkk, dalam octavius (2004:9) retailing adalah “the set of bussines activities that adds value to the product and
service sold to consumers for their personal or family use” maksudnya
adalah retailing merupakan sekumpulan aktifitas usaha yang menambahkan nilai
dalam menjual produk dan jasa kepada konsumen yang di gunakan secara pribadi
maupun keluarga.
Dapat di
interpretasikan, ritel merupakan jaringan bisnis pemasaran yang
mendistribusikan barang dan jasa langsung ke tangan konsumen akhir.
2.2.1.
Jenis
Dan Pengelompokan Bisnis Ritel
Menurut utami
(2006:12) bisnis ritel dikelompokkan dalam dua kelompok yakni:
a. Supermarket
Tradisional dan Konvensional
Supermarket
tradisional melayani penjualan kebutuhan pangan, serta melakukan pembatasan
penjualan terhadap produk-produk nonpangan seperti produk kesehatan, kecantikan,
produk elektronik dan sebagainya. Supermarket konvensional lebih luas dan
biasanya menyediakan layanan antar, menjual bahan makanan mentah dan produk non
makanan atau disebut superstore.
b.
Big
Box Retailler
Pada format big box retailler, terdapat bebrapa
jenis kelompok retailler yaitu:
a) supercenter,
biasanya memiliki luas lantai 3.000-10.000 m2 dengan variasi produk dijual
untuk makanan 30-40% dan non makanan sebanyak 60-70%. Jumah persediaan berkisar
12.000-20.000 item.
b) Hypermartket
memiliki luas lebih dari 18.000 m2 dengan kombinasi produk untuk makanan 60-70%
dan non pangan 30-40%. Persediaan meliputi 25.000 item.
c) Warehouse
merupakan ritel yang menjual produk makanan yang jenisnya terbatas dan layanan
yang minim pada tingkat harga rendah terhadap konsumen akhir dan bisnis kecil.
Sementara
berdasrkan luas area, ritel dikelompokkan menjadi:
a)
Small stock /kios---- kurang dari 100 m2
b)
Minimarket----
100 s/d 1.000 m2
c)
Supermarket--1.000
s/d 5.000 m2
d)
Hypermarket– lebih dari 5.000 m2
2.3.Keputusan
Belanja
Yaitu suatu
keadaan dimana konsumen memutuskan untuk membelanjakan uangnya demi memenuhi
apa yang di butuhkan dan diinginkannya (Utami, 2006:36). Dalam membuat
keputusan konsumen akan mencari segala informasi tentang proses belanja dan informasi-informasi
terkait lainnya yang dapat membuat mereka yakin dalam memutuskan hasil
pemikirannya untuk sebuah keputusan berbelanja (Utami, 2006:36). Pembeli
membutuhkan informasi tentang fitur, harga dan bagaimana mereka dapat mencapai
akses untuk mendapatkan barang tersebut (Tsikirayi, 2011)
Keputusan
belanja bisa bersifat spontan (impulse
buying) dan bersifat kebiasaan (habitual
decision making) bersifat spontan apabila keputusan pembelian dilakukan
seketika setelah melihat barang dagangan. Bersifat kebiasaan adalah ketika
keputusan melibatkan sedikit sekali usaha dan waktu. Contoh pengambilan
keputusan berdasarkan kesetiaan pada merk atau toko.
Gambar
2.2. Gambar proses belanja sumber levy & weitz, 2002
Tahap pengenalan
kebutuhan
|
Pencarian infor-
masi
|
Penentuan pilihan
|
kesetiaan
|
pengenalan
kebutuhan
|
Mencari informasi
tentang ritel
|
pengenalan
kebutuhan
|
Mencari informasi
tentang barang dagangan
|
Evaluasi ritel
|
Memilih ritel
|
Mengunjungi toko
atau situs serta katalog
|
Evaluasi barang
dagangan
|
Menyeleksi barang
dagangan
|
Belanja barang
dagangan
|
Evaluasi setelah
belanja
|
Membeli kembali
di tempat yang sama
|
transaksi
|
evaluasi
|
Pemilihan ritel
|
Pemilihan barang
dagangan
|
2.4.Pengertian
Komunikasi
Komunikasi (communication)
berasal dari bahasa latin communis
yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti menjadikan sama (make to common). Komunikasi adaah suatu proses penyampaian
informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi
saling mempengaruhi diantara keduanya (Hermawan: 2012;4). Prinsip dasar dari
komunikasi adalah mempersama persepsi antara penyampai informasi dengan
penerima komunikasi. Apabila persepsi diantara keduanya dapat disamakan maka
komunikasi tersebut dapat dinyatakan sebagai komunikasi yang efektif. Secara
ringkas berlangsungnya komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar
2.4.1. Model Universal Komunikasi
Komunikator
|
pengiriman
|
Media
|
penerimaan
|
komunikan
|
Pesan
|
Gangguan
|
Respon
|
Umpan balik
|
Sumber:
takada, H. Chattalas, C., Kramer, T.,2009. International
marketing communication, ed 10. New York: The McGraw-Hill Companies
2.4.1.
Komponen
Komunikasi
Komponen komunikasi merupakan hal-hal yang
harus ada agar komunikasi dapat berjaan
dengan lancar. Menurut Laswell (dalam wiryanto:2004), komponen-komponen
tersebut diantaranya:
1.
Lingkungan komunikasi
Ada tiga dimensi dalam lingkungan komunikasi diantaranya
fisik, sosial psikologis dan waktu. Ketiga dimensi ini saling mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh yang lain.
2. Komunikator
dan komunikan
Komunikator
adalah sumber pengirim pesan, sementara komunikan adalah pihak penerima pesan.
Dalam prakteknya, keduanya selalu bertukar peran. Ini berarti baik komunikator
maupun komunikan nantinya akan sama-sama menjadi pembicara sekaligus pendengar
3. Pesan
dan media
Pesan merupakan informasi yang hendak disampaikan.
Sedangkan media merupakan saluran dimana pesan tersebut dapat disampaikan
4. Respon
dan umpan balik
Respon merupakan rangsangan atau stimulus yang
timbul sebagai akibat dari perilaku komunikan setelah menerima pesan. Sedangkan
umpan balik merupakan informasi yang dikirimkan balik ke komunikator sebagai akibat
dari adanya respon
5. Gangguan
Gangguan dalam
komunikasi adalah hal yang mendistorsi pesan. Setiap komunikasi tidak dapat
dihindarkan dari adanya gangguan, namun dapat mengurangi keberadaannya melalui
penggunaan komunikasi efektif yang akurat.
2.4.2.
Tujuan
Komunikasi
Adapun tujuan komunikasi diantaranya
1. Menemukan
Dengan berkomunikasi seseorang akan menemukan
dirinya (personal discovery), apa
yang mereka butuhkan, dan apa yang orang lain butuhkan.
2. Untuk
berhubungan
Adanya komunikasi juga bertujuan untuk membina dan
memelihara sebuah hubungan antara satu pihak dengan pihak dengan pihak lainnya.
3. Untuk
meyakinkan
Komunikasi juga bertujuan untuk meyakinkan orang
lain agar dapat memberikan sikap, mengubah perilaku dan menciptakn sebuah
dorongan melalui respon yang diberikan. Contoh sederhananya adalah dalam
kegiatan promosi, dimana pihak pemasar bertujuan meyakinkan konsumen agar mau
membeli produknya.
2.5. Komunikasi Berbasis IMC (integrated marketing communication)
Komunikasi
berbasis IMC merupakan kegiatan komunikasi yang digunakan sebagai alat untuk
memasarkan sebuah barang dan jasa. Dalam hal ini komunikasi masuk ke dalam
bagian bauran promosi yang selanjutnya disebut sebagai komunikasi pemasaran.
Secara singkat komunikasi berbasis IMC merupakan upaya menyatukan perencanaan,
tindakan dan koordinasi pada semua wilayah komunikasi pemasaran dalam
menciptakan loyalitas pelanggan. Komunikasi pemasaran yang terintegrasi dengan
baik akan berdampak positif pada persepsi konsumen, sehingga akan menciptakan
kepercayaan terhadap merk dan ekuitas merek (brand equity). Pemasaran ekonomi membangun kesatuan merek yaitu
citra merek hingga ekuitas merek (biedenbach dan marell, 2009).
Gambar
2.5.1. Model Komunikasi Pemasaran Terintegrasi
Hubungan merek
|
periklanan
|
Promosi penjualan
|
Pemasaran
langsung
|
Penjualan
personal
|
Acara dan
pengalaman
|
Hubungan
masyarakat dan publisitas
|
Respon merk
|
Citra merk
|
Kesadaran merk
|
Ekuitas merk
|
Program
komunikasi pemasaran
|
Sumber:
takada, H. Chattalas, C., Kramer, T.,2009. International
marketing communication, ed 10. New York: The McGraw-Hill Companies.
2.6.Sarana
Komunikasi Ritel
Menurut utami (2006:214) Retailer
berkomunikasi dengan pelanggan melalui beberapa sarana, diantaranya:
1. Iklan
Iklan merupakan urutan pertama dan berperan besar
diantara semua alat dalam bauran promosi, khususnya bagi peritel besar,
periklanan biasanya diimplementasikan oleh ritel dengan beberapa tujuan:
a. Memberikan
informasi, yaitu memberitahukan adanya produk baru, program promosi penjualan,
maupun layanan baru, bahkana untuk memperbaiki kesalahpahaman atau untuk
membangun citra perusahaan.
b. Membujuk,
yaitu untuk membangun rasa suka pelanggan terhadap ritel, membujuk untuk
mengunjungi gerai , maupun membujuk untuk membeli dan mengonsumsi produk baru.
Dalam hal ini, berarti iklan berguna dalam meningkatkan lalu lintas pelanggan
yang berkunjung ke ritel serta meningkatkan penjualan jangka panjang.
c. Mengingatkan
yaitu menggugah kesadaran atau ingatan pelanggan tentang sesuatu yang positif
dari ritel. Seperti: barang-barang yang dijual merupakan barang-barang
berkualitas, bervariasi, dan lengkap sehingga pelanggan dapat mengunjungi gerai
ritel secara konsisten
2. Promosi
penjualan
Promosi
penjualan adalah program promosi ritel dalam rangka mendorong terjadinya
penjualan atau untuk meningkatkan penjualan. Secara umum promosi penjualan
dilakukan untuk beberapa tujuan diantaranya:
1. Mempertahankan
minat pelanggan untuk tetap setia pada ritel tersebut
2. Mengenalkan
produk baru
3. Memancing
konsumen potensial yang belum pernah belanja pada ritel tersebut
4. Memanfaatkan
moment atau event-event tertentu
5. Merangsang
agar konsumen beralih merk
Ada
banyak jenis promosi penjualan, beberap diantaranya:
a. Titik
penjualan (point of purchase)
Dilakukan
dengan memajang produk di counter, lantai dan jendela yang memungkinkan ritel
untuk mengingatkan para pelanggan dan sekaligus merangsang pola perilaku
belanja impulsif.
b. Kontes
Dilakukan dengan menyelenggarakan suatu acara yang
bersifat kompetisi untuk memperebutkan hadiah yang disiapakan. Penyelenggaraan
kontes ini dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak pemasok atau
produsen.
c. Kupon
Tanda yang ditujukan pada pelanggan untuk
mendapatkan diskon khusus saat berbelanja. Peritel dapat mengiklankan suatu
potongan harga khusus bagi pembeli yang memanfaatkan kupon tersebut. Sedangkan
pembeli akan mendapatkan potongan khusus saat belanja dengan menunjukkan kupon tersebut.
d. Sampel
produk
Dilakukan dengan memberikan contoh produk dengan Cuma-Cuma
yang tujuannya adalah memberikan gambaran baik dalam manfaat maupun tampilan
produk yang dipromosikan. Jika berupa makanan, sampel diberikan pada pelanggan
dalam gerai atau di tempat-tempat yang menjadi pusat keramaian.
e. Demonstrasi
Dilakukan dengan menunjukkan peragaan cara
menggunakan alat yang dipromosikan di
depan konsumen.
f. Program
pelanggan setia (frequent shopper program)
Para pelanggam diberi poin atau diskon berdasarkan
banyaknya jumlah belanja yang dilakukan. Poin tersebut dikumpulkan sehingga
mencapai jumlah tertentu yang kemudian dapat ditukarkan dengan barang
g. Hadiah
langsung
Contoh yang paling sering kita temui adalah bonus
item untuk pembelian produk-produk tertentu. Misal: beli dua gratis satu,
h.
Hadiah rujukan (referal gift)
Hadiah yang diberikan kepada pelanggan apabila
mereka membawa calon pelanggan baru.
i.
Souvenir
Barang-barang souvenir dapat menjadi alat promosi
penjualan yang menunjukan nama dan logo peritel. Barang-barang tersebut dapat
berbentuk tas, bulpoin, boneka, cangkir, gelas atau kalender.
j.
Acara-acara khusus (special event)
3. Publisitas
Program
publisitas adalah komunikasi yang membangun citra positif bagi peritel di mata
publik. Unsur publisitas antara lain konferensi pers, hubungan media, rilis
pers, bazar dan kegiatan lain yang bersifat publik.
4. Suasana
toko
Suasana toko merupakan kombinasi dari karakteristik
fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna,
temperatur, musik, serta aroma yang diberikan di dalam ruangan. Melalui suasana
toko yang sengaja diciptakan, ritel berupaya untuk mengkomunikasikan informasi
yang terkait dengan layanan, harga, maupun ketersediaan barang dagangan yang
bersifat fashionable.
5. Situs
web
Ritel menggunakan situs web untuk membangun citra
merk dan menginformasikan berbagai hal pada pelanggan seperti lokasi toko,
peristiwa khusus yang dijalankan oleh ritel dan ketersediaan produk
6. Penjualan
perorangan
Upaya penjualan yang dilakukan para karyawan di
gerai ritel kepada calon pembeli. Hubungan karyawan yang berhadapan langsung
dengan pembeli disebut hubungan personal pelanggan. Peran pramuniaga sendiri
adalah melakukan aktivitas penjualan untuk produk yang membutuhkan dorongan
agar penjualannya meningkat dalam suatu periode tertentu yang telah ditetapkan.
2.7.Metode
Berkomunikasi Dengan Pelanggan
Menurut Utami (2006:216) metode
berkomunikasi dengan pelanggan yang dapat dilakukan ritel dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Komunikasi
nonpersonal yang dibayar
Komunikasi jenis
ini biasanya berupa iklan, promosi penjualan, situs web dan kontes
2. Komunikasi
personal yang dibayar
Sarana utama
komunikasi jenis ini adalah tenaga penjualan. Dimana para tenaga penjualan ini
bertugas untuk membantu pelanggan memenuhi kebutuhan mereka melalui pertukaran
informasi secara tatap muka.
3. Komunikasi
nonpersonal tanpa bayar
Media yang
paling utama adalah publikasi atau publisitas melalui presentasi signifikan
tanpa bayar tentang ritel biasanya dalam bentuk berita dalam media yang non
personal.
4. Komunikasi
personal tanpa bayar
Komunikasi jenis
ini biasanya terjadi melalui mekanisme dari mulut ke mulut (word of mouth) atau komunikasi antar
konsumen mengenai ritel terkait
2.8.Merencanakan
Proses Komunikasi Ritel
Merencanakan
proses komunikasi dalam bisnis ritel merupakan hal yang sangat penting. Strategi
komunikasi yang efektif akan membutuhkan perencanaan yang komprehensif.
Gambar
2.7.1. Langkah – Langkah Pengembangan Program Komunikasi Ritel
Menetapkan tujuan:
·
Positioning
·
Tujuan
penjualan
·
Tujuan
komunikasi
|
Mengalokasikan anggaran
|
Implementasi dan evaluasi
program komunikasi
|
Menetapkan anggaran:
·
Analisis
marginal
·
Tujuan
dan tugas
·
Metode
biaya historis
|
2.9.Memilih
Media Komunikasi Yang Tepat
Banyak media
yang ditawarkan dan dapat dipilih oleh ritel dalam menjalankan aktivitas
komunikasinya dengan pelanggan. Pilihan terhadap media tersebut sangat relatif
sifatnya mengingat banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh ritel,
diantaranya:
a.
Pasar dan sasaran yang dituju
b.
Baiaya yang dianggarkan
c.
Jangkauan yang diharapkan
d.
Ketepatan frekuensi dan waktu
e.
Cakupan atau jumlah calon pelanggan
dalam psar sasaran ritel
f.
Dampak iklan terhadap khalayak
Beberapa media yang dapat dipilih meliputi:
1. Surat
kabar
Surat
kabar merupakan media komunikasi yang efektif pada target iklan ritel. Surat
kabar juga menawarkan respon cepat dan secara efektif menyampaikan informasi
secara mendetail. Kelemahannya, biasanya usia iklan surat kabar reltif pendek.
2. Surat
langsung
Ritel sering
menggunakan data yang dihimpun pada terminal point of sale untuk menargetkan
iklan dan promosi penjualan ke pelanggan tertentu dengan memakai surat langsung
(direct mail). Ritel dapat membeli banyak ragam daftar untuk menargetkan
pelanggan sesuai dengan segmen demografi, minat, dan gaya hidup tertentu.
3. Televisi
Iklan yang
ditayangkan melalui televisi dapat ditayangkan pada jaringan nasional ataupun
stasiun lokal. Mengingat iklan melalui media televisi sangat mahal, biasanya
ritel akan memilih kejadian-kejadian khusus misalnya menjelang hari raya seperti
idul fitri, natal dan event-event tertentu.
4. Radio
Dengan iklan
melalui radio, pesan ditargetkan pada suatu segmen pasar tertentu baya
pengembangan dan penyiarannya rendah. Namun pendengar radio biasanya
memperlakukan siaran radio dengan sambil lalu sehingga efektivitas iklan
melalui radio seringkali harus dievaluasi kembali.
5. Internet
Internet kurang
efektif dalam membangun kesadaran pelanggan namun bagus untuk menyampaikan
informasi kepada pelanggan. Ritel dapat memanfaatkan berbagai situs dan media
sosial yang berkembang dengan internet.
6. Billboard
luar ruangan
Billboard luar
ruangan efektif untuk membangun kesadaran dan memberi sedikit informasi kepada
khalayak yang sempit. Kegunaannya sangat terbatas dalam memberi informasi
7. Panduan
belanja
Panduan belanja
berupa kertas gratis atau lepas yang dikirimkan ke semua penduduk dalam area
tertentu. Ini berguna saat ritel ingin melakukan penetrasi pasar dalam suatu
kisaran area perdagangan tertentu. Perluasan dari konsep ini adalah majalah
atau buku kupon.
2.10.
Menciptakan
Komunikasi Pemasaran Yang Efektif
Menurut Hermawan
(2012:63), langkah-langkah dalam mendesain komunikasi pemasaran yang efektif
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
khalayak yang dituju
2. Menentukan
tujuan komunikasi tersebut
3. Merancang
pesan
4. Memilih
saluran komunikasi
5. Menentukan
total anggaran promosi
6. Membuat
keputusan atas bauran promosi (promotion
mix)
7. Mengukur
hasil promosi
8. Mengelolah
dan mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi
2.11.
Atmosfer
Menciptakan
atmosfer yang nyaman bagi pengunjung dalam ritel sangat penting. Dengan adanya
desain toko yang nyaman pelanggan akan merasa betah berada disana. Selain itu
dengan penerapan desain toko yang tepat akan meningkatkan loyalitas pelanggan
terhadap toko. Pelanggan akan datang kembali secara kontinyu dan memberikan
rujukan kepada orang lain untuk datang melalui (word of mouth)
2.11.1.
Pengertian
atmosfer
Levy and weitz (2001) mengemukakan “ atmospheric refers to the design of an
environment via visual communications, lighting, colours, music and scent to
stimulate costumers perceptual and emotional responses and ultimately to affect
their purchase behavior” yang berarti atmosfer adalah desain lingkungan
tempat penjualan melalui komunikasi penglihatan, pencahayaan, warna, musik dan
wangi-wangian untuk memberikan dorongan
kepada perspektif dan respon emosional konsumen dalam membeli barang.
Menurut Berman and Evans (2001) atmosphere refers to the store’s physical characteristic that are used
to develop an image and draw customers. Maksudnya atmosfer menggunakan
tampilan fisik dari sebuah toko untuk membangun gambaran dan citra positif
dimata konsumen.
Intinya, atmosfer menyuguhkan penampilan fisik yang
dimiliki toko tersebut untuk mempengaruhi konsumen dalam memberikan keputusan
belanja di toko tersebut serta membangun citra yang baik dalam menciptakan
loyalitas pelanggan sehingga secara konsisten datang ke gerai ritel tersebut.
2.11.2.
Penciptaan
Atmosfer
Menurut utami
(2006:239) ada beberapa aspek yang dapat digunakan dalam menciptakan atmosfer
yang nyaman dalam sebuah gerai ritel, diantaranya:
1. Komunikasi
visual
Komunikasi visual terdiri atas
grafik, papan tanda, efek panggung, baik di toko dan di jendela toko membantu
meningkatkan penjualan dengan memberikan informasii tentang produk dan
menyarankan pembelian barang. Ada enam
aspek yang harus dipertimbangkan dalam mendesaian komunikasi visual, antara
lain:
a. Gabungkan
papan tanda dan grafik dengan kesan toko
Papan tanda dan
grafik harus bertindak sebagai jembatan antara barang dan pasar sasaran. Warna
dan nadanya harus senada. Warna yang tidak menyenagkan dapat merusak tampilan
visual etalase dan mengurangi daya tarik barang
b. Berikan
informasi bagi pelanggan
Papan tanda dan grafik yang bersifat informatif
membuat barang lebih diinginkan contohnya sebuah gerai sepatu menggunakan papan
berdiri untuk menjelaskan angkah-langkah dalam pengepasan. Proses dimulai dari
memindai kaki, memastikan dan mengepaskan kaki pelanggan. Setelah menganalisis
tingkat kegiatan staf penjualan akan membantu mereka memilih sepatu yang tepat
dan menentukan cara terbaik agar sepatu pas di kaki.
c. Gunakan
papan tanda dan grafik sebagai penyaji
Ini adalah cara
terbaik untuk menggabungkan tema dan barang untuk penyajian keseluruhan yang
menarik
d. Pertahankan
papan agar papan tanda dan garafik tetap cerah
Tulisan yang
kabur dan papan yang kotor akan menurunkan nilai jual barang dan kesan toko di
mata konsumen
e. Batasi
pengunaan salinan papan tanda
Penggunaan lambang yang tepat sangatlah penting
untuk keberhasilan papan tanda. Lambang yang berbeda memberi pesan dan suasana
hati yang berbeda
f. Ciptakan
efek teater dan panggung
Bagian dari teater adalah efek khusus yang
menggabungkan unsur-unsur lain. Untuk emningkatkan ketertarikan toko dan kesan
toko, ritel mengambil ide dari teater contohnya menggunakan kain berwarna,
poster atau foto grafis yang memiliki corak berani
2. Pencahayaan
Pencahayaan toko
bukan merupakan hal yang sederhana. Pencahayaan digunakan untuk memberikan
sorotan (highlight) pada barang
dagangan. Pencahayaan toko yang baik akan mempengaruhi keinginan pelanggan
untuk berbelanja.
Sistem
pencahayaan yang bagus membantu menciptakan ketertarikan pada toko. Pada saat
yang sama, pencahayaan harus memberikan pembawaan warna yang tepat bagi barang.
Pusatkan perhtian dengan memberikan cahaya khusus pada bagian atau barang
tertentu. Penggunaan pencahayaan ini bisa menarik perhatian pelanggan.
Biasanya department store atau minimarket di
indonesia menggunakan lampu pijar untuk memberikan kesan hangat dan
menyenangkan. Sumber cahaya menarik perhatian terhadap barang dan etalase.
Dengan pencahayaan yang biasa digunakan pada toko-toko di Eropa cenderung lebih
tenang dan dingin daripada di Amerika yang menciptakan suasana dan kesan yang
sangat berbeda dari pada pencahayaan lampu pijar yang lebih lembut.
Pencahayaan bisa menyembunyikan kesalahan dan desain
toko yang kurang bagus. Misalnya, pada toko yang menggunakan atap beton, ataap
sengaja dibuat gelap untuk menyembunyikan atap beton
3. Warna
Penggunaan warna
yang kreatif bisa meningkatkan kesan ritel dan membantu menciptakan suasana
hati. Penelitian menunjukkan bahwa
warna-warna hangat (merah dan kuning) menghasilkan efek psikologis yang
berlawanan dengan warna-warna dingin (biru dan hijau) yang berlawanan pada spektrum
warna. Warna hiaju dan biru yang terkesan lebih dingin dan tenang biasanya
efektif bagi ritel yang menjual produk dengan harga mahal.
4. Musik
dan wangi-wangian.
Banyak keputusan membeli yang didasarkan pada emosi
dan bau yang memiliki dampak yang besar pada emosi kensumen. Bau lebih dari indera
lainnya, adalah penetu perasaan gembira, kelaparan, jijik dan nostalgia.
Penelitian menunjukkan bahwa wangi-wangian memiliki dampak positif bagi
pembelian dan kepuasan pelanggan.
Penelitian lain
menyatakan emosi seseorang juga dapat dipengaruhi oleh adanya musik yang
didengarakan. Musik dapat menjadi terapi yang dapat memberikan ketenangan bagi
yang mendengarkan tergantung jenis musik yang dimainkan. Musik dan
wangi-wangian akan membantu menenangkan emosi pelanggan yang harus antre di
stasiun.
2.12.
Kerangka
Berpikir
Adapun kerangka berpikir yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah:
Gambar 2.12.1. Kerangka Berpikir
Bauran komunikasi ritel
(X1)
|
Keputusan belanja
(Y)
|
Atmosfer ruangan
(X2)
|
Keterangan:
Berpengaruh
secara parsial
|
Berpengaruh
secara simultan
|
2.13.
Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritik
sebelumnya maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Faktor
komunikasi pemasaran mempengaruhi keputusan berbelanja konsumen secara parsial
2. Faktor
komunikasi pemasaran mempengaruhi keputusan berbelanja konsumen secara simultan
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1.Rancangan
Penelitian
3.1.1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
hipotesis yaitu penelitian yang
menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Untuk itu, jenis
penelitian yang digunakan adalah jenis analisis kuantitatif dan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan penentuan score atau nilai dengan mengubah data
yang bersifat kualitatif (pemberian kuisioner pada responden) ke dalambentuk
kuantitatif (Hadi, 1994). Berdasarkan prosedurnya penelitian ini merupakan
penelitian asosiatif, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antar dua variabel atau lebih.
3.1.2.
Lokasi
Dan Obyek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah GKB dan
sekitarnya dengan obyek penelitian adalah minimarket Alfamart yang berdiri di
wilayah GKB dan sekitarnya.
3.2.Populasi
Dan Sampel
3.2.1.
Populasi
Menurut Sugiyono (2008:80) populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek yang mempunyai kesamaan dalam satu
atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset kasus
(santoso dan tjiptono, 2001). Target populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen yang berbeanja di minimarket alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya.
3.2.2.
Sampel
Menurut arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian
atau wakil dari populasi yang sedang diteliti. Penetuan sampel dilakukan dengan
metode non probanility sampling dimana semua elemen populasi tidak semuanya
memiliki kesempatan sebagai sampel melainkan hanya konsumen usia dewasa diatas
17 tahun.
Menurut widayat (2004:104) ukuran sampel yang layak
adalah kisaran 50-300 orang, sehingga sampel dalam penelitian ini ditentukan
sebesar 100 orang.
3.3.Identifikasi
Dan Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan kemudahan dalam penyusunan dan
pemahaman dan mengindari kesalahan pemahaman maka peneliti mengidentifikasikan
variabel sebagai berikut:
1. Variabel
bebas : (X1) Bauran komunikasi
ritel
(X2) Atmosfer
2. Variabel
terikat : (Y) Keputusan
berebalanja
Definisi operasional adalah suatu definisi yang
diberikan terhadap suatu variabel dengan memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan. Berikut adalah definisi operasional variabel dari variabel yang digunakan:
1. Variabel
bebas
a. X1
dari variabel bebas adalah bauran komunikasi yaitu tanggapan konsumen terhadap
komunikasi yang telah diterapkan dalam minimarket alfamart yang telah mereka
kunjungi. Indikatornya adalah: bauran promosi yang biasa dilakukan dan pernah
dirasakan oleh konsumen, kulitas pelayanan yang dinilai konsumen dari pelayanan
yang diberikan pramuniaga.
b. X2
adalah atmosfer gerai ritel dari minimarket alfamart yang telah dikunjungi
konsumen, indikatornya adalah penilaian konsumen terhadap karakteristik fisik
yang di tampilkan dalam gerai.
2. Variabel
terikat (Y) adalah keputusan berbelanja
Keputusan
berbelanja adalah hasil akhr dari pemikiran konsumen dalam memutuskan untuk
membelanjakan uangnya untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan atau
inginkan. Indikatornya dapat disimpulkan dari hasil penilaian variabel bebas X1
dan X2.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala likert, dimana responden diminta untuk memberikan penilaian
berupa pembobotan sebagai berikut:
Sangat setuju /SS = 5,
Setuju/S =4,
Cukup setuju/CS =3
Kurang Setuju/KS =2
Tidak Setuju/TS =1.
3.4.Tehnik
Pengukuran
Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah skala dengan
penomoran objek atau kategori disusun menurut besarnya yaitu dari tingkat
terendah hingga tingkat tertinggi atau sebaliknya dengan rentang jarak yang
tidak harus sama.
3.5.Sumber
Dan Tehnik Pengumpulan Data
3.5.1.
Jenis
dan sumber data
Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sumber data diperoleh dari
hasil penyebaran kuisioner secara langsung kepada para konsumen minimarket Alfamart
di wilayah GKB dan sekitarnya yang kemudian di oleh sendiri oleh peneliti.
3.5.2.
Tekhnik
pengumpulan data
Dilakukan dengan pemberian kuisioner atau angket.
Kuisioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya
yang akan di jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas.
(Sekaran:2006).
Kuisioner yang digunakan menggunakan pertanyaan
terbuka yang meliputi nama responden tempat tinggal dan jenis kelamin
responden. Pertanyaan tertutup yang meminta responden untuk memilih salah satu
jawaban yang telah di sediakan dari setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan
berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Untuk keperluan
kuantitatif maka jawaban tersebut dapat di beri skor pada setiap butirnya
sebagai berikut (Azwar 1998). Pilihan jawaban
Sangat setuju /SS = 5,
Setuju/S =4,
Cukup setuju/CS =3
Kurang Setuju/KS =2
Tidak Setuju/TS =1.
3.6.Tehnik
Analisis Data
3.6.1.
Uji
Validitas dan Reliabilitas
1. Uji
Validitas
Uji Validitas
digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuisioner. Kusioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang diukur oleh kuisioner tersebut.
Uji validitas
dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table. Jika r hitung
> r tabel dan bernilai positif maka butir pernyataan atau indikator tersebut
dikatakan valid (Santoso, 2005:80)
2. Uji
Reliabilitas
Reliabilitas
adalah indeks yang bila digunakan untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
diandalkan.
Sebenarnya alat untuk mengukur
kuisioner yang merupakan indikator dari variabel dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Instrumen dikatakan reliabel jika r alpha> r tabel dan
nilainya positif (Santoso, 2005:280)
3.6.2.
Uji
Asumsi Klasik
1. Uji
Multikolinieritas
Uji multikolinieritas berguna untuk mengetahui
antara variabel bebas itu tidak saling berkolerasi. Selain itu juga digunakan
untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam
model regresi. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan mengamati
besarnya nilai Variance Inflaction Factor
(VIF). Variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Nilai yang dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai tolerance
< 0,10 atau VIF > 5
2. Uji
Autokorelasi
Menurut Ghazali (2005:95) adalah bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang dihasilkan tidak dapat
digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel
independen. Uji ini dapat diamati dengan melihat nilai koefisien Durbin-Watson Test (DW-test). Pengambilan
keputusan ada tidaknya korelasi adalah sebagai berikut:
1) Bila
nilai DW terletak antara batas (du) dan (4du), maka koefisien autokorelasi sama
dengan nol, berarti tidak ada korelasi.
2) Bila
DW lebih rendah daripada batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi > 0,
berarti terdapat autokorelasi positif.
3) Bila
nilai DW > (4-dl), maka koefisien autokorelasi < 0, berarti
autokorelasinya negatif.
4) Bila
nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3. Uji
Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan yang lan tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang bersifat Homoskedastisitas (Ghozali, 2005:110)
3.6.3.
Uji
Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau esidu memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil.
3.6.4.
Analisis
Regresi Linier Berganda
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel terkait
yaitu keputusan pembelian di Minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya
(Y) dengan variabel-variabel bebasnya yaitu Bauran komunikasi (X1)
dan Atmosfer gerai (X2). Sehingga dirumuskan sebagai berikut:
Y= a + b1X1+b2X2+e
Keterangan:
Y : Keputusan pembelian di Minimarket Alfamart
di wilayah GKB dan sekitarnya
a : Konstanta
X1 : Bauran Komunikasi
X2 : Atmosfer gerai
b : koefisien variabel bebas
e : Variabel pengganggu
3.6.5.
Uji
t
a. Untuk
mengetahui pengaruh faktor yang meliputi bauran komunikasi dan Atmosfer gerai
secara parsial terhadap keputusan belanja konsumen di minimarket Alfamart di
wilayah GKB dan sekitarnya. Dirumuskan:
T hitung =
Keterangan:
bi : Koefisien Regresi
Se : Standart error
b. H0
: b1 = b2 = 0 (tidak ada pengaruh antara bauran komunikasi dengan atmosfer
gerai) secara parsial terhadap keputusan belanja di Minimarket Alfamart di
wilyah GKB dan sekitarnya.
c. H1
: b1≠ b2≠0 (ada pengaruh antara bauran komunikasi dengan atmosfer gerai) secara
parsial terhadap keputusan belanja di Minimarket Alfamart di wilyah GKB dan
sekitarnya.
d. Tingkat
signifikasi α=0,05. t tabel = 0,025 nilai t tabel adalah
1,980
e. Kriteria
yang digunakan dalam uji t adalah:
1) Apabila
t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya bauran komunikasi
dan Atmosfer gerai tidak ada pengaruh secara parsial terhadap keputusan belanja
konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya
2) Apabila
t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya bauran komunikasi
dan Atmosfer gerai ada pengaruh secara parsial terhadap keputusan belanja
konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya.
3.6.6.
Uji
F
Digunakan untuk menguji tingkat signifikansi antara
variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan, maka dirumuskan:
F hitung :
Keterangan:
R2 : Koefisien determinasi
K : Konstanta
(Jumlah variabel bebas)
n : Jumlah
sampel
a. H0
: b1 = b2 = 0 tidak ada pengaruh antara bauran komunikasi dan atmosfer gerai secara simultan terhadap
keputusan belanja di Minimarket Alfamart di wilyah GKB dan sekitarnya.
b. H1
: b1≠b2 ada pengaruh antara bauran komunikasi dan atmosfer gerai secara
simultan terhadap keputusan belanja di Minimarket Alfamart di wilyah GKB dan
sekitarnya.
f. Tingkat
signifikasi α=0,05. f tabel = 2,18 untuk df = n-k-l=93
g. Kriteria
yang digunakan dalam uji t adalah:
3) Apabila
f hitung < f tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya bauran komunikasi
dan Atmosfer gerai tidak ada pengaruh secara simultan terhadap keputusan
belanja konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya
4) Apabila
f hitung > f tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya bauran komunikasi
dan Atmosfer gerai ada pengaruh secara simultan terhadap keputusan belanja
konsumen di minimarket Alfamart di wilayah GKB dan sekitarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek Jakarta: Rineka Cipta
Hadi,Sutrisno. 1998. Statistik2. Yogyakarta : Andi Ofcet.
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga
Santoso,Singgih dan Fandi Tjiptono. 2001. buku latihan SPSS statistik parametrik.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Bussiness :A Skill Building Approac 3rd Edition.
New York : John Wiley &Sonc,Inc
Sugiyono. 2004. metode penelitian bisnis cv. Jakarta: Alpha
Beta
Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Ritel Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Tsikirayi, Catherine Mazwi R,
Munche, Blessing and Katzidia ,Zodiac
(2011), Impact Of Integrated Makrketing
Mix Communication In Small To Medium
Interprise (Smes) In Zimbabwe
Asa Marketing Tool. University of Zimbabwe
No comments:
Post a Comment